2010/02/23

The Unseens Chapter 6 (Case #1, Sacrifice [part 1])

by Radheya Anggun Feldhit “Rein!...” sahut seorang gadis memanggil namaku sambil berlari menuju tempatku berdiri dari arah kananku.
“ma… maaf…, huuuhh… ka… kau sudah menunggu lama ya?” lanjutnya sambil terengah-engah membungkuk di sampingku dengan kedua tangannya menahan beban tubuhnya dengan memegang lututnya.

“kau ini… ngapain sih lari-lari? Tidak perlu lari-lari segala, aq tidak akan kemana-mana kok. Aku akan trus di sini menunggumu” ucapku kepadanya.
“dan… pasti seperti biasanya…, kau telat bangun lg ya, Nao?” tanyaku.

“hehe… ya… begitulah…”jawabnya polos.

“aih aih… kau ini aneh, pada hari biasa, hari sekolah, kau selalu tepat waktu, malah kau sering datang lebih cepat. Namun jika hari libur kau sering terlambat. Nao… Nao…, yasudahlah, ayo kita masuk. Sudah kesiangan nih” ajakku.

Kami pun masuk ke dalam taman bermain yang berada di kota Tokyo. Aq dan Nao yang merupakan kekasihku sejak sekitar 8 bulan yang lalu berencana untuk kencan di taman bermain ini.

Di dalam aq menanyakan kepada Nao apakah dia sudah sarapan ataukah belum. Nao menjawab bahwa dia belum sarapan karena tadi telat bangun dan sesegera mungkin pergi ke tempat aq menunggu tadi. Kemudian aku pun mengajaknya untuk mencari makanan untuk mengganjal perut. Kami pun menemukan sebuah kedai makanan cepat saji. Lalu kami pun memutuskan untuk membeli makanan di situ. Saat kami sudah menerima pesanan makanan kami.

“biar aq yang membayar” ucap aq sambil mencoba mengambil dompetku yang aq taruh di saku celanaku. Namun, saat ku masukan tanganku ke saku celanaku, dompetku tidak ada.

“ada apa?”Tanya Nao.

“nggak… ini… kok dompetku tidak ada ya?”jwbku polos dengan tampang bingung.

“hah?!Masa ah? Coba cari lagi” ucap Nao.

Hmm… sebelum pergi tadi aku tidak lupa membawa dompetku di saku celanaku. Lalu… di depan rumah aq baru sadar, celana yang kupakai adalah celana seragam sekolahku. Lalu… aq pun kembali lagi ke dalam rumah kemudian mengganti celanaku. Hmm…

“AAAHHH!!! AQ TAU!!!” teriakku.

“apa? apa? apa yang kau tahu?” respon Nao kaget karena teriakanku.

“sepertinya dompetku ada di saku celana seragamku…, tadi aq salah memakai celan,malah memakai celana seragam, kemudian aq kembali dan mengganti celanaku. Saat itu sepertinya aq lupa mengambil dompetku kembali…” ucapku sambil mengerutkan alis.

“dasar bodoh…”ucap Nao dengan nada datar.

“aq tidak bodoh, Nao! IQ ku tinggi! Aq hanya ceroboh…” jwbku dengan nada sedikit dinaikkan.

“ya ya ya, aq mengerti tuan IQ tinggi yang sangat jenius,ckckck” ucap Nao dengan nada menyindir. “yasudah… biar aq saja yang bayar” lanjutnya.

“maaf y…” ucapku.

“tidak apa-apa” jwb Nao dengan senyum halus.

Setelah itu kami pun melanjutkan langkah kami untuk mencoba berbagai macam wahana yang ada di taman bermain ini. Namun di tengah perjalanan, aq mendengar sesuatu, sesuatu seperti kata-kata yang samar-samar terdengar…

“ni--… ba----…”
“nine… ba---n…”
“nine… bangun …”
“NINE!!! BANGUN!!!”

Mataku terbuka spontan, badanku terbangun seketika, detak jantungku terpacu cepat.

“dasar… kau mau tidur sampai kapan?” Tanya seseorang yang berada di sampingku.
“he?” ucapku sambil melihat ke arah sumber suara tadi.

Ternyata dia adalah Alice. Majikanku, BALANCER yang telah mengadakan kontrak denganku.

“ayo cepat bangun dan siap-siap, sebentar lagi kita akan pergi” perintahnya sambil keluar dari kamar dan mencoba mengancingkan kancing yang ada di dekat lehernya pada baju ghoticnya yang berwarna hitam kelam dengan renda putih d bagian depan, belakang, dan pada bagian ujung lengannya, serta garis putih pada bagian depan dan ujung lengannya

“baik…” jwbku lemas smbil terkantuk-kantuk.

Ternyata… itu semua hanyalah mimpi…, aq masih belum bisa melupakan Nao…
Kemudian aku melihat ke atas ke arah jam kuno yang digantungkan di dinding sambil mengucek-ucek mataku yang masih terasa berat. Jarum-jarum pada jam tersebut menunjukan pukul 08.17 waktu setempat. Aq pun bergegas bangun dari sofa yang aq duduki saat ini lalu pergi menuju kamar mandi yang ada di sebelah sofa yang tadi kududuki. Saat berada di dalam aq mencium bau yang sangat harum. Harumnya seperti harum bunga mawar yang disatukan dengan harum beberapa bunga lainnya. Sepertinya kamar mandi ini baru saja dipakai oleh Alice. Aq merasa tidak enak jika harus memakai kamar mandi ini. Kemudian aq pun keluar dari kamar Aku mencoba mencari Alice untuk menanyakan apakah ada kamar mandi yang lain selain yang berada di dalam kamar Alice.

“Alice…” panggilku dengan suara yang tidak begitu keras.

“apa?...” sahut Alice.

Aq pun mendekati Alice dengan mencari sumber suaranya. Spertinya dia sedang berada di ruang tempat dipajangnya dan dijualnya barang-barang antik yang tepat berada setelah memasuki rumah ini melalui pintu utama.

Aq pun bertanya kepada Alice sambil berjalan menuju ruangan dimana Alice berada, “Alice… apakah d rumah ini ada kamar mandi lainnya sela…”.



Omonganku terpotong karena perasaan tak percaya dengan apa yang kulihat di ruangan dimana Alice berada. Di sana aq melihat Alice sedang terdiam berdiri sambil memejamkan mata seperti berkonsentrasi serta lingkaran berukuran besar semacam lingkaran sihir bercahaya ungu hitam yang berada di bawah kaki Alice. Yang membuatku lebih kaget lagi adalah sesuatu yang dipegang oleh Alice dengan kedua tangannya. Sebuah tongkat sabit berwarna hitam ungu dengan model yang sangat aneh namun menyeramkan apabila di perhatikan dengan seksama. Mempunyai dua pisau sabit pada bagian atas dari tongkatnya dan satu pisau sabit di bawah dua pisau sabit tadi. Serta terdapat bola kistral berwarna ungu pada bagian atas tongkatnya. Selain itu, sabit itu mengeluarkan aura berwarna ungu hitam.

“ada apa? kau ingin mengatakan apa?” Tanya Alice sambil membuka kedua matanya yang bersamaan dengan lenyapnya lingkaran sihir dan berubahnya tongkat sabit yang dipegangnya tadi menjadi sebuah paying hitam bergaris putih dan ber renda putih di ujungnya.

“ng… anu… kamar mandi… kamar mandi…”jawabku ngaco sambil terbengong.

“apa?” Tanya Alice bingung.

“ha?”ucapku sadar.
*PLAKK!!!* aq menampar wajahku sendiri untuk mengembalikan kesadaranku.
“yang tadi itu! Apa?!” tanyaku spontan.

“ooo… itu, itu Death Scythe ku, Death Weapon ku” jawabnya singkat.

Jadi… itukah Death Weapon… jadi itukah yang kelak akan kumiliki juga?...

“KEEREEEEEENNNNN!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriakku histeris.

“berisik! bknkah tadi ada yang ingin kau tanyakan?!” jwb Alice spontan.

“oh iya! Ng… aq lupa tadi ingin bertanya apa y?hehe…” jwbku polos sambil tertawa kecil.

*BLETAKK!!!* tinju tangan kanan Alice mendarat di kepalaku yang ber- IQ tinggi ini.

“SAAAAKIIITTT!!! APAAN SIH?!!! TIBA2 NGEJITAK!” teriakku sambil memegang kepala menahan sakit.

“serius dikit donk! Td kau ingin bertanya apa?!” tanyanya dengan nada yang tinggi.

“oh! Kamar mandi! Kamar mandi! Selain yang ada di kamarmu, apa ada kamar mandi lain?” jawabku yang tiba-tiba langsung ingat setelah dijitak oleh Alice.

“memang kenapa dengan kamar mandi yang ada di kamarku?” jwabny bingung.

“tidaaak… aq hanya merasa tidak enak jika harus memakai kamar mandimu” jawabku sambil menggaruk-garuk kepala bagian belakangku.

“ada d lantai dua, bersebrangan dengan kamar kosong yang tadi malam kutunjukan” jwabnya jelas.

“hoo… okay, thank you” jwabku singkat.

Aq pun bergegas menuju kamar mandi yang Alice beritahukan letaknya tadi untuk mandi.
Setelah selesai mandi dan bersiap-siap aq pun bergegas menuju keluar rumah. Alice sudah menungguku di depan gerbang rumahnya sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya dan kakinya mengetuk-ngetuk batu jalanan yang dipijaknya. Dari kelakuannya aku bisa menduga dia pasti aga kesal karena lama menungguku.

“sebentar sekali ya kau untuk mandi dan bersiap-siap” ucapnya datar sambil tersenyum sinis.

“aih aih, maaf… maaf…” jwabku memohon.

“yasudahlah… kita sudah terlambat, ayo kita pergi” ajak Alice.

Kami pun melangkahkan kaki menyusuri jalan menuju stasiun kereta terdekat. Alice bilang kita akan menemui seorang klien PANDORA di salah satu foodcourt yang ada di Shibuya.
Di dalam kereta, kami duduk menunggu kereta ini sampai d stasiun Shibuya. Sambil menunggu, aq menanyakan beberapa hal pada Alice.

“hei Alice, memangnya… ada urusan apa klien tersebut dengan PANDORA?” tanyaku penasaran.

Alice pun menjawab, “PANDORA itu… toko barang antik apabila dilihat dari luar, namun sebenarnya… PANDORA adalah sebuah grup yang aq dirikan untuk menangani masalah-masalah supranatural yang ada di wilayah-wilayah sekitar. PANDORA bisa disebut sebagai SPSA (Supranatural Problem Solution Agency). Para manusia yang mempunyai masalah supranatural, mendatangi PANDORA untuk meminta bantuan untuk menangani masalah supranatural mereka. Dari itu, aq bisa memonitor serta mendapatkan informasi –informasi penting mengenai aktifitas-aktifitas para †D†. Karena masalah supranatural, biasanya ada hubungannya dengan †D†. Itulah tujuan utamaku mendirikan PANDORA. PANDORA dapat membantuku dalam menjaga keseimbangan dunia”.

“jadi klien yang kita temui ini mempunyai masalah supranatural y, lalu dari mana dia mengetahui tentang PANDORA sebagai SPSA. Bukankah dari luar PANDORA hanya diketahui sebagai toko barang antik?” tanyaku kembali.

“biasanya orang-orang mengetahui tentang PANDORA dari informasi mulut ke mulut” jawabnya.

*tiiing… stasiun shibuya… stasiun shibuya…* bunyi suara di dalam kereta yang menandakan kita sudah sampai di stasiun shibuya.

Kami pun keluar dari stasiun. Alice membuka payung yang dipegangnya dari tadi, cuaca di sini memang agak panas. Di sini kami melihat banyak sekali orang-orang berlalu-lalang. Wajar, shibuya merupakan salah satu daerah shopping district terbesar di Jepang. Banyak sekali toko-toko pakaian, perhiasan, dan lainnya yang ada di sini. Kami pun kemudian melanjutkan perjalanan menuju foodcourt yang dikatakan Alice tadi. Namun di tengah perjalanan, aq menyadari banyak sekali orang yang melihat ke arah kita. Mungkin itu dikarenakan penampilan kita yang terlalu mencolok. Baju ghotic hitam dengan renda putih dan garis putih yang di pakai Alice, serta payungnya yang berwarna hitam dengan garis putih dan renda putih di ujungnya. Warna rambutku pun terlihat mencolok dengan warnanya yang perak. Namun untung saja mata kiriku yang berwarna perak dan pupilnya yang berbentuk garis, ditutupi oleh setengah rambut depanku.
Mungkin orang-orang mengira kami ini sedang cosplay (costume playing).
Sesaat sebelum kami sampai di tempat tujuan pun ada seseorang yang meminta foto Alice dan menawarinya menjadi model. Ya… wajar saja, wajahnya yang imut seperti boneka serta rambutnya yang pirang dan panjang, matanya yang berwarna merah seperti batu ruby. Tentu mengundang perhatian. Namun tawaran orang itu tidak digubrisnya, Alice mengacuhkan orang itu begitu saja. Dasar… dingin…, aq pun meminta maaf pada orang itu dan mengatakan bahwa kami sedang ada urusan dan sedang terburu-buru. Kemudian aku pun berlari mengejar Alice yang sudah berjalan jauh di depanku.

“hei… kau tidak boleh mengacuhkannya begitu saja, setidaknya jika kau tidak mau katakanlah maaf” ucapku.

“orang seperti itu… aq tidak suka. Manusia seperti mereka berbahaya, aq tidak suka” jawabnya.

“haa?” responku bingung.

“kita sudah sampai” ucap Alice.

Kami tiba di sebuah foodcourt yang terletak pada bagian luar pada sebuah mall. Kami pun memasuki foodcourt tersebut, Alice menutup payungnya yang di buka tadi. Di dalam foodcourt aq melihat seorang bapak-bapak berkacamata dengan rambut yang beruban sedikit memakai setelan formal layaknya orang yang bekerja lengkap dengan kopernya sedang duduk di salah satu kursi pada salah satu meja makan yang ada di dalam foodcourt tersebut yang aq duga adalah klien kami. Dan dugaanku benar, Alice mendekati orang tadi kemudian kami pun duduk di kursi pada meja makan yang sama dengan orang tadi.

“anda pasti pemilik PANDORA itu” ucap orang itu sambil menjulurkan tangan kanannya untuk bersalaman.

“ya anda benar, saya Alice pemilik PANDORA” jawab Alice yang juga menjulurkan tangan kanannya untuk bersalaman.

Dengan membungkuk sedikit orang tersebut berkata, “perkenalkan, saya Dr. Takashi minomura dari salah satu rumah sakit yang ada di dekat shibuya, dan yang ada di samping anda itu… “ ucapnya sambil melihat ke arahku.

“ooh… dia bukan orang asing, anda tidak perlu khawatir, dia adalah asisitenku” tutur Alice.

“begitu ya… aq mengerti” jawab Dr. Takashi.

“lalu…, ada keperluan apa anda dengan PANDORA?” Tanya Alice jelas.

“oh ya! Itu… anu… saya dengar PANDORA adalah toko barang antik, namun di balik itu saya mendengar pula bahwa PANDORA… bisa… menangani masalah masalah supranatural…” ucapnya dengan nada yang dikecilkan.

“lalu?” Tanya Alice kembali.

“ya… jika itu benar… saya mewakili pemilik rumah sakit… ingin meminta bantuan PANDORA untuk menangani masalah yang ada di rumah sakit tempat saya bekerja…, karena… karena masalah itu… sudah ada beberapa pegawai kami, dan beberapa dokter-dokter lainnya yang menjadi korban atas sesuatu yang tidak kami ketahui penyebabnya. Karena hal itu pula banyak pasien kami yang mengeluh dan dipindahkan ke rumah sakit yang lain ” jawab Dr. Takashi.

“ begitu ya…, jika memang masalah seperti itu yang terjadi, dan jika memang kami menyatakan masalah “jenis seperti itu” yang terjadi, kami akan membantu anda” respon Alice jelas.

“jadi anda akan membantu kami?!” Tanya Dr. Takashi.

“ya… namun pertama-tama kami harus memeriksa terlebih dahulu apakah penyebabnya memang sesuatu yang kami kira. Jika memang penyebabnya adlah itu, kami akan membantu. Namun jika bukan, kami melepas keputusan selanjutnya masalah tersebut kepada kalian.” Jwab Alice kembali.

“hoo terima kasih banyak! Terima kasih! Kami benar-benar menghargai pertolongan kalian!” tutur Dr. Takashi. “lalu kapan kalian akan mulai memeriksa?” lanjutnya.

“saat ini juga” jawab Alice singkat dan jelas.

“saya mengerti, saya akan segera memberitahu, menelepon pihak rumah sakit dan menyiapkan segalanya, akan saya siapkan pula kendaraan untuk pergi ke sana. Tunggu sebentar” pinta Dr. Takashi.

“ya” jawab Alice singkat

Orang itu pun kemudian pergi meninggalkan kami. Sambil menunggu, Alice menyuruhku untuk memesan makanan cepat saji sambil memberiku uang. Kemudian aku pun pergi menuju tempat pemesanan dan memesan dua buah hamburger dan dua buah softdrink. Kebetulan, kami memang belum sarapan. Sambil sarapan tiba-tiba Alice bertanya sesuatu padaku, “apa kau bisa menduga masalah apa yang dimiliki rumah sakit yang diceritakan orang tadi?” tanyanya padaku.

“ha? Apa? hmm… apakah gangguan roh-roh halus? Apakah mungkin rumah sakit itu digentayangi oleh roh-roh halus?” jawabku agak ragu.

“itu mungkin saja. Akan tetapi orang itu tadi berkata, beberapa pegawai dan dokter telah menjadi korban. Jiwa manusia yang telah mati tidak bisa menyakiti manusia yang masih hidup, atau makhluk-makhluk lainnya yang masih hidup. Walaupun jiwanya dipenuhi rasa dendam atau semacamnya” respon Alice sambil sedikit-sedikit memakan hamburger miliknya.

“lalu menurutmu, apa yang menyebabkan adanya korban?” tanyaku penasaran sambil tetap memakan hamburgerku.

“menurutku ini ada hubungannya dengan †D† yang melakukan TREPASSING. Atau… mungkin juga…, jiwa manusia yang sudah mati memang tidak bisa menyakiti makhluk hidup lainnya… kecuali… merasuki tubuh makhluk hidup tersebut. Namun hal itu kecil kemungkinan terjadi karena jiwa manusia yang telah mati tidaklah kuat, mereka lemah. Dan seharusnya… para penjaga gerbang sudah menarik mereka untuk dimasukan ke dalam salah satu dimensi. Dasar… penjaga gerbang di masa kini sama saja dengan manusia…, semakin banyak malasnya untuk bekerja” tutur Alice.

“ha? Apa? penjaga gerbang? Satpam maksudmu?” jawabku konyol sambil memakan potongan terakhir hamburgerku.

*BLETAKKK!!!*
Kepalan tangan Alice yang kecil kembali mendarat di kepalaku, walaupun kecil namun rasa sakitnya sama dengan kepalan tangan yang besar.

“AAUUWW!!!...” jeritku.
“a… alice…, kali ini apa lagi… ?aduduh” tanyaku sambil mengusap-ngusap kepalaku yang tadi di pukul Alice.

“bodoh, serius sdikit! Mana mungkin satpam kan!” ucapnya dengan nada yg sedikit ditinggikan.

“ya tadi kan aq hanya bertanya…” jawabku dengan alis yang dikerutkan.
“jika bukan satpam lalu apa?” lanjutku.

“maksudku gerbang adalah GATE, penjaga GATE, GUARDIAN of GATE. Yang menjaga gerbang yang memisahkan dimensi kita dengan ke dua dimensi lainnya” tutur Alice.

“ooh… maksudmu GoD dan GoDDes?” tanyaku jelas.

“iya, roh manusia yang telah mati akan dicari dan dibawa untuk melalui salah satu GATE tersebut menuju salah satu dimensi dibaliknya oleh penjaga GATE itu, kecuali roh atau jiwa yang kasus matinya sama denganmu Nine, para Innocents” jwabnya jelas.

“begitu ternyata… aq mengerti!” responku dengan nada yang dikeraskan sedikit sambil mengangkat tangan kananku ke atas.

Di saat kami sedang asyik mengobrol, dokter tadi datang kembali dan memberitahu bahwa semuanya sudah siap lalu mengajak kami untuk naik ke dalam mobil yang berwarna putih. Aq dan Alice duduk di kursi belakang, Dr. Takashi dan supirnya yang bernama Hiroshi Kizuno berada di depan. Kemudian kami pun pergi menuju rumah sakit yang di tuju.

“oh y, kami sudah menyiapkan bayaran muka dan sisa pembayaran di akhir jika masalah ini bisa diselesaikan, serta tempat penginapan di hotel yang tidak jauh dari rumah sakit untuk kalian tinggal sementara bila masalah ini jadi kalian tangani, semua fasilitas telah kami sediakan” tutur Dr. Takashi.
“jika tidak keberatan aku ingin meminta no rek. PANDORA dan no. yang bisa dihubungi” pinta Dr. Takashi sambil menengokkan kepalanya ke belakang.

Alice kemudian mengambil dompetnya yang ada di tas kecil yang diselendangkan di bahu kanannya yang model dan warnanya cocok dengan baju yang dikenakannya. Lalu dia mengambil kartu namanya yang ada di dalam dompet serta menuliskan no.rek nya pada secarik kertas yang kemudian diberikan kepada Dr. Takashi.
Aku baru tahu, ternyata BALANCER pun memiliki rekening tabungan, ckckckck.

“hei Alice, apa kau memiliki ponsel?” bisikku kepadanya.

“punya, memang kenapa?” tanyanya bingung.

“tidak… aq hanya ingin tahu. Ternyata BALANCER pun mempunyai rekening tabungan dan alat elektronik seperti itu y, ckckck” bisikku kembali.

“walaupun aq seorang BALANCER aku harus mengikuti perkembangan jaman, karena dengan begitu dapat membantuku juga” jawabnya jelas.

“hoo… masuk di akal” jwbku singkat.

Mobil pun berhenti di depan rumah sakit yang dimaksud. Bangunan yang cukup modern dengan ukuran yang sangat besar di cat dengan warna putih dengan garis berbentuk “cross” berwarna merah pada bagian atas bangunan. Aq merasakan sesuatu yang janggal dari bangunan ini. Saat ku sedang memperhatikan dengan seksama gedung ini, aq melihat sosok seorang gadis sedang melihat kemari melalui kaca di lantai atas sebelah kanan rumah sakit tersebut. Mungkin dia adalah pasien rumah sakit ini, dugaanku. Kami pun dipersilahkan untuk masuk untuk memeriksa bangunan yang cukup modern ini. Kami dengan perlahan menyusuri lorong di dalam rumah sakit ini hingga kemudian kami tiba di salah satu lorong di lantai dua yang sangat sepi sekali. Alice secara tiba-tiba berhenti di depan kamar bernomor 44 dan memperhatikan kamar itu dengan seksama.

“apakah di dalam kamar ini ada pasiennya?” Tanya Alice pada Dr. Takashi.

“ti… tidak… kamar ini sudah tidak digunakan lagi sekitar 5 tahun yang lalu, pasien yang di kamar ini dulu meninggal karena bunuh diri, semenjak itu para pasien yang ditempatkan di kamar ini selalu mengalami hal-hal aneh, seperti melihat sesosok bayangan, suara-suara aneh, hingga pada akhirnya pasien yang ditempatkan di kamar ini selalu tewas. Orang-orang yang melewati ruangan ini pun sering mengalami hal aneh, karena itulah… sangat jarang sekali orang melewati lorong ini” Tuturnya.

“hmm… apa boleh kami melihat ke dalam?” pinta Alice.

“ooh silahkan silahkan” respon Dr. Takashi.

*krek*
*Krriieeeettttt*
Suara dari sebuah pintu yang sedang dibuka, namun seperti sudah lama sekali tidak dibuka. Suara dari pintu itu membuatku merinding…
Sebuah ruangan yang sangat tidak terawat, dengan ranjang pasien yang sudah kotor dan rusak, dinding dinding yang dipenuhi debu, jamur, dan jaring laba-laba. Ruangannya begitu gelap karena jendela yang tertutupi hordeng berwana biru muda yang sudah kusut dan kotor. Ruangan ini tidak pantas untuk merawat pasien.

“Nine, apa kau mencium sesuatu yang aneh?” Tanya Alice.

“hmm… seperti bau yang aga menyengat” jawabku.

“sulfur…” ucap Alice dengan nada yang cukup kecil.

“apa?” tanyaku.

“di ruangan ini terjadi aktifitas supranatural” tutur Alice sambil menengokkan wajahnya ke arah Dr. Takashi.

Kemudian kami pun keluar dari ruangan itu.

“kami akan membantu kalian” ucap Alice.

“syukurlah… terima kasih banyak!” tutur Dr. Takashi.

Kemudian kami pun berjalan menuju lobby yang ada di lantai satu. Alice memutuskan untuk melanjutkan penyelidikan pada saat hampir tengah malam nanti. Dr. Takashi pun mengantarkan kami ke hotel tempat dimana kami akan menginap yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit tadi. Dr. Takashi mengantar kami ke dalam, ke depan kamar no. 176, kamar dimana kami akan beristirahat. Hiroshi, supir Dr. Takashi akan menginap juga di sini, di sebelah kamar kami di kamar no. 175. Dr. Takashi sengaja menyuruh Hiroshi untuk menginap disini untuk berjaga-jaga mengantarkan kami apabila kami akan pergi ke rumah sakit itu.
Kemudian sesampainya di depan kamar, Dr. Takashi berpamitan kepada kami untuk pulang, Hiroshi lalu mengantarkannya terlebih dahulu, kemudian nanti akan kembali lagi kemari.
Aku dan Alice pun masuk ke dalam kamar dan beristirahat sejenak. Di kamar yang kami tempati, terdapat dua buah kasur, satu kamar mandi, sebuah kulkas, televisi, air condtitioner, telepon,dan fasilitas lainnya yang cukup mewah. Kamar ini mungkin kamar VIP, dari bentuk arsitekturnya pun sangat detail dan indah.

“Alice, apa maksudmu dengan sulfur tadi?” tanyaku sambil mencoba berbaring di salah satu kasur yang ada di dekat jendela kamar yang menuju balkon luar.

Alice pun duduk di salah satu kasur yang ada di sebelahku menghadap ke arahku dengan satu kaki di tumpukkan di atas kakinya yang lain seperti biasanya, dan dengan kedua tangannya yang sambil membuka buku yang tadi dikeluarkan dari tas kecilnya kemudian menjawab, “Belerang…, aktifitas †D† atau supranatural lainnya biasanya ditandai dengan adanya sedikit bau belerang atau sulfur”.
“ada yang aneh dengan kamar itu” tuturnya sambil membalikkan halaman-halaman buku yang dibacanya dengan tangan kanannya.

“aq juga merasakan hal aneh tentang kamar itu, dan… kau ini sebenarnya sedang membaca apa sih???” tanyaku penasaran.

Aq pun mendekatkan kepalaku untuk melihat sampul buku yang sedang dibaca Alice.

“SERIAL CANTIK?!!! TERNYATA KOMIK!!!” teriakku terkejut.

*BLETAKK*
Ketiga kalinya tinju tangan kanan Alice mendarat di kepalaku.

“berisik ih! Memang kenapa jika buku yang aq baca ini komik?!” tanyanya dengan nada yang ditinggikan.

“sakit…, tidak apa-apa… hanya saja… BALANCER membaca komik juga y…, ternyata kau tidak jauh berbeda dengan gadis seumurmu…” tuturku.
“oh y! ngomong-ngomong aq belum tahu umurmu, berapa umurmu? Hmm… biar kutebak… 14? 15?” lanjutku.

“17” jwbnya singkat.

“he?” responku terdiam, mencoba mencerna kata-katanya tadi.



“HEEE?!!! KAU 17 THN?! TIDAK MUNGKIN!!! AQ SAJA BARU BERUMUR 16 TAHUN!!!” teriakku kembali
“aku kira kau lebih muda dariku, karena tubuhmu yang mungil itu…” lanjutku.

“tubuh mungil bukan berarti umurku lebih muda darimu kn” jwbnya sinis.

“iya iya… tuan putri…” responku.
“hmm… bosan…, sambil menunggu malam datang, enaknya sambil melakukan apa y…” pikirku bingung.
“Hmm…”
“hmm…”
“Hm..”
“…”


Saking terlalu dalamnya memikirkan akan melakukan apa untuk membuang waktu menunggu malam tiba, aq pun tertidur dengan pulasnya hingga aq bermimpi tentang rumah sakit tersebut. Rumah sakit di mimpiku sedikit berbeda dengan yang pernah aq dan Alice datangi. Ukuran rumah sakit itu tampak lebih kecil. Aq pun memasuki rumah sakit tersebut. Tidak ada seorang pun di dalamnya. Aq terus dan terus berjalan hingga aq berdiri di depan kamar dengan no. 44 yang tadi aq periksa bersama Alice. Aq mencoba masuk ke dalam kamar tersebut. Lalu di dalam… aq terdiam terpaku seakan tidak bisa bergerak melihat pemandangan mengerikan yang ada di dalam kamar tersebut. Seorang gadis berada di atas ranjang pasiennya bersimbah darah, darah dimana-mana hingga dindingnya pun seakan-akan di cat berwarna merah. Di perut gadis itu tertancap sebuah pisau bedah, dan kepalanya terpenggal, hilang entah kemana. Lalu aq melihat sebuah tanda aneh pada bagian lengan kirinya. Tanda berbentuk pentagram. Aku pun mencoba untuk mendekatinya. Di saat yang sama pula aq mulai terbangun oleh panggilan Alice.

“NINE!!! NINE!!!” panggil Alice sambil menggoyang-goyangkan tangan kiriku mencoba membangunkan aku.

“ng…?” jwbku sambil mengucek-ngucek kelopak mataku yang masih terasa saling menempel dengan tangan kananku.
“apa?” tanyaku.

“kita harus segera ke rumah sakit itu!” perintahnya sambil bersiap-siap dengan terburu-buru.

“he? He? Memang kenapa? Ada apa?!” tanyaku penasaran dan bingung.

“sudah yang penting sekarang cepat bersiap-siap, nanti aq jelaskan” tuturnya.

Aq pun dengan tergesa-gesa masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh muka, kemudian bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit. Kami mengetuk-ngetuk kamar Hiroshi, dan memintanya untuk segera mengantarkan kami menuju rumah sakit itu. Kami pun pergi dengan menaiki mobil. Di dalam mobil aq menanyakan alasan kenapa Alice sangat terburu-buru.

“nona muda, sebenarnya ada apa?” Tanya Hiroshi sambil tetap berkonsentrasi mengendarai mobilnya.

“iya, sebenarnya ada apa? kenapa terburu-buru sekali? Bknkah kau bilang akan kembali saat sudah hampir tengah malam? Dan… sekarang masih jam 9 malam” tanyaku penasaran.

“saat aku berada di balkon sambil membaca buku, aq melihat suatu pergerakan distorsi udara terjadi di sekitar rumah sakit itu. Dan sangat sedikit tercium bau belerang saat ku berada di balkon. Mungkin kau tidak akan menciumnya karena jaraknya yang terlalu jauh, namun untuk BALANCER, sangatlah peka pada bau belerang” tuturnya.

“pergerakan distorsi udara?” tanyaku bingung.

“ya, udaranya terlihat tidak jelas, blur. Dan terlihat bergoyang-goyang seperti fenomena fatamorgana. Mungkin bagi manusia biasa tidak akan menyadari hal itu. Pergerakan distorsi udara terjadi apabila GATE di paksa untuk dilalui dari luar” ucapnya.

“memaksa memasuki GATE dari luar? Jangan-jangan… maksudmu…”

“ya…”
“†D† sedang mencoba untuk melakukan TREPASSING ke dimensi ini” tutur Alice.

“†D†? Tanya Hiroshi bingung.

“iya, †D†. atau mungkin anda lebih mengenalnya dengan sebutan iblis” jawabku.

“kita harus cepat!” ucap Alice.

Hiroshi pun mengemudikan mobilnya dengan sangat cepat menuju rumah sakit tersebut. Hingga akhirnya kami pun tiba di depan pintu masuk utama rumah sakit. Memang benar apa kata Alice… aq dapat mencium bau belerang skrng, walaupun samar-samar. Dengan terburu-buru aq dan Alice sesegera mungkin masuk ke dalam rumah sakit, menuju sumber distorsi tersebut yang kami duga berasal dari kamar no.44 yang tadi kami datangi.

*tap tap tap tap tap tap tap tap…*
Suara langkah kakiku dan Alice terdengar nyaring saat berlari karena benturan yang terjadi antara kaki kami dan lantai yang tersusun dari keramik ini. Kami menaiki tangga darurat dengan cekatan kemudian berlari kembali menyusuri lorong di lantai dua hingga kami pun tiba di di depan kamar no.44.

*BRAAAKKK*
Aq mendobrak pintu kamar hingga berbunyi keras sekali.

“a… apa itu…?” ucapku tidak percaya...
Di dalam… aq melihat sesuatu yang baru pertama kulihat yang sama sekali di luar akal sehatku. Pertama kali ku melihat hal yang seperti ini…., aq… benar-benar tidak dapat mempercayainya…

Aq melihat…

*to be continued*

Apa yang berada di dalam kamar itu?...
Apa yang dilihat oleh Nine dan Alice?...
See you in the next chapter, The Unseens Chapter 7 (Case #1, Sacrifice [part 2])

Mohon komentarnya sejauh ini bagaimana tentang ceritanya^^
Ayo duga apa yang bakal terjadi di chapter 7!

The Unseens Chapter 5 (Nine, the Reborn)

by Radheya Anggun Feldhit Apa yang…

“HUWAAAAA!!! APA YANG TERJADI DENGAN DIRIKU?! Wajah ini…, rambut berwarna perak yang setengah bagian depannya menutupi mata kiriku ini, serta matanya yg tajam dan berwarna merah… *mencoba mengangkat rambut bagian depan yang menutupi mata sebelah kiri* DAN BAHKAN PUPIL MATA KIRIKU BERBEDA DENGAN YANG KANAN!!! Pupil mata kiri yang berbentuk garis seperti pupil kucing dan warna mata yang berwarna perak mengkilap. I… INI WAJAH SIAPA?! ALICE!!! ALICE!!! ALICE!!!” teriak aq histeris memanggil-manggil Alice.

Alice kemudian datang dari pintu masuk kamar mandi dengan ekspresi datar dan dingin lalu berkata sambil menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya, “berisik ih! Apa?!”.

Dengan wajah sedih dan kebingungan aku menjawab “aliiiiceee… apa yang telah terjadi dengan diriku?... hikz… ini wajah siapa?... kau telah melakukan operasi plastik kepadaku yah… ternyata… selain echi kau ini psycho bgt ya… aliiiceee… kemanakan wajahku yang dulu… hikz… ayo kembalikan ih!...”.

“apaan sih?! Tidak sopan! Itu adalah…” jwb Alice yg omongannya dipotong oleh kata-kata dari seorang laki-laki dari arah luar kamar mandi, “oooiii, Rein, Alice, kalian dimana?”.

Aq dan Alice kemudian keluar dari kamar mandi, dan kami mendapati Lynx sudah berdiri d dekat pintu masak kamar tidur aq dan Alice berada sambil membawa bungkusan makanan cepat saji. Smbil sedikit terkejut Lynx berbicara dengan nada menyindir, “wooooww… tidak kusangka… baru saja ktinggal sebentar kalian sudah kupergoki berduaan d kamar mandi, fantastis! Pertahankan terus!”.

“arara… aq sudah susah dgn satu cwo bodoh, nih malah datang satu lagi cwo konyol” respon Alice pesimis sambil menghembus napas.

“Waw Rein… penampilanmu sekarang tidak terlalu buruk dibandingkan yang dulu” ucap Lynx.

“Benarkah?” Tanyaku untuk lebih yakin.
Eh tunggu dulu, jika Lynx berkata seperti itu padaku…
Apakah itu artinya Lynx bisa melihatku dan mendengarku kembali?...
“kau… kau bisa melihatku lagi, Lynx?” tanyaku bingung.

“tentu saja bodoh, aku bisa melihat dan mendengarmu dengan cukup jelas. Karena kau sekarang telah menjadi Valkyrie, Rein. Seorang Soul Collector” jawab Lynx dengan sedikit senyuman.

“val... val apa?”tanyaku bingung.

“Valkyrie, sebutan bagi Innocent yang telah melakukan kontrak dengan Balancer”jwb Alice yg memotong pembicaraanku dgn Lynx.
“oh ya, dan mengenai tubuhmu itu. Itu adalah tubuh barumu karena kontrak yang telah kita adakan kemarin. Itu bukan tubuh milik siapa-siapa. Itu tubuh milikmu. Tubuh Valkyrie mu. Mulai saat ini dengan tubuh Valkyrie barumu itu, kau bukan lagi seseorang yang bernama Rein van delavierre. Kau tidak boleh bertindak sebagai Rein, atau mengurusi urusan Rein. Kau sudah tidak hidup sebagai Rein, kau harus melupakan kehidupanmu sebagai Rein selama kontrak ini ada, Rein van delavierre sudah mati. Code name mu mulai saat ini adalah “Nine”” lanjut Alice.

Kmrn? Itu artinya aq sudah tertidur seharian y…, Hmm… Begitu y… itu artinya aq tidak bisa tinggal kembali bersama ayah dan ibuku. Tidak bisa menjalani hari-hariku sebagai murid siswa sma seperti biasanya. Tidak bisa mencintai Nao…

“aq… mengerti” ucapku sedih.

“Ini” ucap Lynx sambil memberikan salah satu bungkus makanan cepat saji padaku.
“kau pasti lapar dan capek karena kontrak yang kemarin telah kau lakukan” lanjutnya.

“oohhh… memang, terima kasih” jwbku.

“saking capeknya, tertidur pulas seharian seperti itu, wajar jika kau merasa nyaman tidur d kasur itu. Toh kasur yang kau tiduri itu adalah kasur milik seorang gadis,kyahahahahaha!!!” lanjut Lynx dengan tawanya yg sangat keras.

“ha?” ku termenung sebentar…
Mencoba mencerna kata-kata yang baru saja diucapkan oleh Lynx.



“APA?! Jd aq tidur d kasurnya ALICE?! KASUR CWE?! JD INI KAMAR CWE?!” teriak aq kaget.

“memangnya kau pikir ini kamar siapa…” ujar Alice memotong pembicaraanku dengan Lynx.

Sial... benar-benar sial…
kmrn aq dicium olehnya…
lalu skrng… ternyata td aq beristirahat di kamarnya
kamar Nao saja belum pernah aq masuki…

“Ayo Nine ikut denganku” perintah Alice dengan tiba-tiba.
“He? Kmn?” tanyaku bingung sambil memakan makanan cepat saji yang diberikan Lynx tadi.
“Nanti kau akan tahu” ucap Alice dengan datar.

Kami pun keluar dari bangunan tua yang merupakan tempat tinggal Alice.

“kalau begitu sampai jumpa Nine”ucap Lynx tiba-tiba.
Aq pun menjawab, “he? Kau tidak ikut Lynx?”.
“bodoh, sekarang adalah hari senin, aku kan harus pergi sekolah” jawabnya smbil merunkan sebelah alisnya.
Benar juga… Lynx harus pergi sekolah, Lynx tetap harus menjalani kehidupannya sebagai murid SMA biasa. Kemarin dia sudah menolongku… walaupun dia tidak bisa melihatku, tidak bisa mendengarku, hanya bisa merasakanku…, tetap saja dia berusaha untuk menolongku. Aq benar-benar berterima kasih Lynx…

“Maaf y, gara-gara aku membawamu kesini skrng kau harus melupakan kehidupanmu sebagai Rein, gara-gara aku skrng kau harus menjalani kehidupan sebagai Nine” ucap Lynx dengan tiba-tiba.

Ku tersenyum halus sambil menjawab, “bicara apa kau, seharusnya aq berterima kasih Lynx…, Terima Kasih y”.
Lynx pun tersenyum halus kemudian melangkahkan kakinya untuk pergi ke sekolah, di saat jarak kami blm begitu jauh dia melambaikan tangannya pada kami sambil membelakangi kami dan terus berjalan kedepan.
Lynx… walaupun kami sering adu mulut, namun sebenarnya dia benar-benar adalah seorang sahabat yang bisa kuandalkan, terima kasih banyak…
Aq pun kemudian melangkahkan kakiku mengikuti langkah kaki Alice yang berjalan menuju suatu tempat yang tidak aku ketahui.

Di tengah perjalanan aku mencoba mengajak Alice untuk mengobrol, namun hal itu memang sulit apabila lawan bicaramu adalah seorang gadis ghotic yang sikapnya sangat dingin. Selain itu… kami sudah menempuh perjalanan yang cukup jauh… namun tetap belum sampai-sampai…
“Hei Alice… kita mau pergi kemana sih sebenarnya…? Apakah masih jauh?.. “keluhku.

“Kita akan menemui Death Weapon Master” jwbnya singkat.

“Death apa?” tanyaku penasaran.

“Death Weapon Master, seseorang yang mengerti dan berpengalaman dengan senjata dimensi lain”ucap Alice.

“ha?! Untuk apa? Kau ingin membunuh seseorang y?”tanyaku kembali dengan sedikit bcanda.

“bodoh, kita akan mencari senjata yang cocok denganmu” jwab ny dengan serius.

“HAA?! UNTUK APA?! Tidak perlu ah, aq sama sekali tidak butuh, kita kembali saja yuk…” ajak ku kepada Alice.

“Dasar bodoh! Sebagai seorang Valkyrie kau harus mempunyai senjata. Jika tidak bagaimana kau akan melindungiku dan melakukan pekerjaan Valkyrie lainnya?!” jwbnya dgn nada yang sedikit ditinggikan.

“iya iya tuan putri…, aq kan hanya bercanda…” ucapku smbil menggeleng-gelengkan kepalaku.
“tapi tuan putri, aq ingin tahu, memangnya tugasku sebagai Valkyrie apa saja?”lanjutku penuh penasaran.

“aq sudah katakan kn, semenjak kita mengadakan kontrak kau adalah milikku. Semua perintahku merupakan kewajiban yang harus kau laksanakan. Jika aq mengatakan itu adalah sebuah perintah, itu artinya kau wajib mematuhinya dan melaksanakannya. Jika tidak kau patuhi, maka salah satu dari empat hurup yang terdapat pada simbol yang merupakan bukti kontrak kita yang tercetak d dadamu itu akan hilang satu persatu setiap kau mengacuhkan perintahku, yang hingga pada akhirnya jika keempat hurup itu hilang artinya kontrak telah gagal dan kau akan lenyap. Bukan berarti kau akan mati kembali, yang kumaksud dengan lenyap adalah keberadaanmu, jiwamu akan sepenuhnya lenyap. Semua ingatan tentangmu yang ada pada orang lain akan lenyap seluruhnya Maka dari itu, kau harus berhati-hati untuk selalu patuh padaku. Selain itu kau pun mempunyai kewajiban untuk selalu melindungiku, karena jika aq mati, kau pun yang mempunyai kontrak denganku akan ikut mati. Ya… secara umum hanya itu yang harus kau ketahui” ucap Alice.

“hoo… jadi intinya hanya itu, BAIK! SIAP YANG MULIA! AQ MENGERTI! TIDAK MASALAH!” teriakku dengan tangan kanan berada di atas alis mata kananku tanda hormat.

“fuuuhhhh…”Alice menghembuskan napasnya.
“jangan bertindak bodoh, selain itu… kita sudah sampai,” lanjutnya.


Setelah berjalan cukup jauh kita tiba d suatu tempat yang lumayan jauh dari keramaian, jarang kulihat orang di sekitar sini. Jelas saja… karena kita masuk ke wilayah hutan dimana banyak sekali pohon bambu d sekitarnya. Tempat ini kita capai setelah tadi masuk dan melewati sebuah kuil kuno yang tampak kurang terurus.

“bukankah tadi kau bilang akan menemui seseorang? Lalu kenapa sekarang kita berada di tempat seperti ini? Apakah orang yang ingin kau temui tinggal disekitar sini?” tanyaku bingung.

“memang di sinilah tempatnya. Tempatnya adalah sesuatu yang tidak terlihat.”jwbnya.

Apa? Aq tidak mengerti…
Alice kemudian menggambar sebuah simbol d tangan kanannya lalu dia rentangkan kedepan. Setelah itu Alice membaca suatu kalimat seperti sebuah mantra kemudian dia berbicara, “Wahai yang tidak terlihat… tunjukkan sosokmu padaku!”.

*KRAAAK!!!*
Sebuah retakan muncul tepat di depan tangan kanannya yang ia rentangkan ke depan. Namun retakan tersebut terlihat tidak normal karena di depan kita tidak ada apapun kecuali pepohonan dan batang2 bambu yang jaraknya cukup jauh dari kita. Seakan-akan ruang udara di depan kitalah yang rusak.
*KRAAAAAAKKKKK!!! KRIIIIITTTT…. KRAAAAKKKSSS!!!*
Retakan kecil tadi tiba-tiba membesar membentuk lubang yang cukup besar untuk kita lalui. Di dalam lubang itu kulihat dunia yang berbeda dari dunia sini, sama sekali tidak terlihat pijakan tanah atau apapun untuk kita berpijak. Apakah di balik lubang tersebut merupakan dimensi lain?... dibalik lubang itu kulihat sebuah bangunan bergaya eropa yang sangaaat sangat tua sekali seperti melayang-layang di dunia di balik lubang yang muncul karena retakan tadi.

“Ayo..” ajak Alice.

Aq dan Alice pun kemudian berjalan melewati lubang tersebut masuk ke dalam dunia yang sungguh terasa berbeda. Bangunan bergaya eropa tadi terlihat kecil dari jauh, namun bangunan itu ternyata lebih besar setelah kita mendekat. Pintu yang terbuat dari kayu kombinasi dengan besi bergaya eropa. Dinding batu yang tampak sudah agak rapuh. Bangunan ini benar-benar tampak suram dan menyeramkan. Alice kemudian membuka pintu bangunan tersebut setelah itu kami pun masuk ke dalam bangunan tersebut. Di dalam, banyak sekali koleksi jenis-jenis senjata kuno, mulai dari senjata pegang dan lempar, mulai dari yang terbuat dari kayu sampai dengan yang terbuat dari besi. Ruangannya tidak begitu terang karena hanya diterangi dengan beberapa lilin yang terpasang di dinding-dinding, serta satu buah lilin yang terletak di atas meja kayu tua yang ada di depan kita.

“Wah wah wah… lihat siapa yang datang…”ucap seseorang yang berada di depan kita yang sosoknya tidak terlihat jelas dikarenakan penerangan yang kurang.
“Seorang tuan putri yang cantik yang sudah lama sekali tidak bertemu…” lanjutnya sambil mendekat ke meja yang d atasnya terdapat sebuah lilin, yang kemudian wajahnya terlihat cukup jelas dikarenakan penerangan sebuah lilin yang terletak di atas meja tadi. Wajahnya terlihat masih muda namun terlihat agak tua juga. Matanya berwarna hijau menyala seperti batu sapphire. Kepalanya ditutupi oleh jubah yang hampir menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajahnya. Rambut depannya yang berwarna hitam menjulur keluar sedikit dari balik kerudung jubahnya.

“ya.. lama tak jumpa, Muramasa” sahut Alice kepada sosok pria tadi.
“seperti biasanya… kau masih tetap memakai jubah tua dan usangmu itu y…”lanjut Alice.

“begitu pun denganmu ya tuan putri, masih tetap cantik seperti biasanya…, namun sepertinya kali ini kau membawa seorang pendatang baru y… “ respon pria yang bernama Muramasa itu.

“Ya… dia adalah Nine, dia adalah Valkyrieku” ucap Alice.

“Hooo… seorang Innocent ternyata…, tapi… tadi tuan putri bilang Valkyrie?..., ckckck… tidak kusangka… akhirnya tuan putri melakukan kontrak dengan seorang Innocent. Padahal sebelumnya tuan putri bersikeras dengan prinsip bekerja sendiri yang tuan putri pegang dari dulu” respon Muramasa.

“ng… aq telah merubah prinsipku, dan Innocent yang satu ini jg merupakan pengecualian” Alice berkata.

“begitu yah… ckckck… dan biar kutebak, kedatangan tuan putri kemari pasti mengenai Death Weapon” Muramasa merespon.

“ya…, aq ingin kau mencarikan Death Weapon yang cocok dengan jiwanya” pinta Alice.

“ckckck, itu tidak masalah. Malah… aq akan memberikan pelayanan gratis untukmu tuan putri” ucap Muramasa.

“terima kasih…” jwb Alice.

“ckckck… sungguh imut ekspresimu saat mengatakan terima kasih td tuan putrid. Baiklah… ayo kita cari sesuatu yang kau perlukan itu…”ucap Muramasa.

Muramasa kemudian mendekatiku, lalu memperhatikan dengan seksama diriku

“siapa namamu?” Tanya Muramasa kepadaku.

“aq Re… eh bkn, aq Nine. Valkyrie seorang BALANCER yang bernama Alice!” jawabku lantang.

“hoho… benar-benar pemuda yang sangat unik…, kau pasti sangat istimewa. Makanya tuan putri memilihmu menjadi Valkyrienya. Selamat datang di dunia yang tidak terlihat (the Unseen World) “newcomer”. Ayo ikut aq anak muda…” ajakny.

Kami pun diajak masuk ke dalam ruangan yang dimana di dalam ruangan tersebut dipenuhi oleh bola-bola kristal kecil yang cantik dan bercahaya yang tergantung d dinding-dinding. Aq sungguh takjub melihat keindahan yang dipancarkan bola-bola kristal ini. Namun diantara banyak bola Kristal tersebut, ada satu buah bola kristal yang menarik perhatianku, sebuah bola Kristal yang memancarkan cahaya putih namun juga hitam yang tergantung d sebelah kiriku. Karena rasa ketertarikanku, aq mendekati bola kristal tersebut. Semakin kudekat dengan bola Kristal itu, semakin mata kiriku terasa panas. Namun aq terus terus dan terus mendekat hingga akhirnya aq berada d dekat bola Kristal tersebut. Aq pun mencoba memegang bola Kristal tersebut. Saat akan memegangnya tiba-tiba Muramasa berbicara, “benda itu disebut “Sacred Snow””. “Apakah kau menyukainya?” Tanya Muramasa sambil berjalan mendekatiku.
“ng… ya…” jawabku singkat.

“kau boleh memilikinya jika kau mau” ucap muramasa.

“he?! Benarkah?” tanyaku tidak percaya.

“tentu saja, aku akan memberikannya secara gratis padamu. Sentuh saja bolanya” ucap muramasa.

Aku pun mencoba menyentuh dan memegang bola kistral itu. Namun saat kupegang, bola kistral itu tiba-tiba berubah menjadi debu dan menghilang.

“HEEEE??!!! A… APA YANG TERJADI?! SU… SUNGGUH AQ TIDAK MELAKUKAN APA-APA! AQ HANYA MEMEGANGNYA!” teriakku dengan perasaan panik.

“ckckck… tidak apa-apa, memang sudah seharusnya seperti itu, nah… skrng ayo kita kembali ke ruang utama” ajak Muramasa kepada kami.

Walaupun Muramasa berkata tidak apa-apa, namun aq masih ragu, apa benar tidak apa-apa. Karena mungkin bola Kristal yang disebut “Sacred Snow” itu bknlah barang yang murah. Kami pun berjalan menelusuri lantai dari batu-batu yang tersusun rapih kembali menuju ruangan dimana kita bertemu dengan Muramasa tadi.

“sesuatu yang kalian cari telah ditemukan” ucap Muramasa.

“ya… aq pikir begitu…” jwb Alice.

“hah? Bknkah kita akan mencari sesuatu yg dinamakan Death Weapon kn?” Tanya ku bingung.

“iya, kau sudah menemukannya” jwb Alice singkat.

“hee?! Kapan?! Blm ah!” jwbku bingung.

“sudahlah nanti kau akan mengerti. Muramasa, terima kasih banyak atas segalanya”. Ucap Alice.

“ckckckck, tidak usah sungkan…, tuan putri sudah berterima kasih, itu sudah cukup bkn” jwb Muramasa.

“kalau begitu kami permisi dulu” ucap Alice.

“ckckckck… ya… sampai jumpa lain waktu…” sapa Muramasa.

Kami pun keluar dari bangunan bergaya eropa yang berada di dunia yang berbeda dari dunia manusia. Kembali melangkah menuju tempat tinggal Alice. Di tengah perjalanan aku pun mencoba bertanya suatu hal yang belum aq pahami.

“Alice, bknkah kau bilang kita akan mencari Death Weapon kn?”tanyaku.

“memang, dan sudah kau temukan” jwbnya singkat.

“ha?kpn?!”tanyaku lagi penasaran.

“Sudahlah… nanti pun kau akan mengerti…” jawabnya singkat kembali.

“cih…, baik baik… nanti pun aq akan mengerti…. Ngomong-ngomong… dunia tempat Muramasa tadi berbeda dimensi kan? Apakah Muramasa termasuk “The Holy One”?ataukah “The Unholy One?”tanyaku.

“tidak… dimensi Muramasa tadi berbeda dari Holy Dimension dan Unholy Dimension. Dimensi manusia ini memiliki 2 lapisan. Seen World, dan Unseen World. Dunia yang terlihat oleh kita sekarang adalah Seen World, dunia yang dapat dilihat oleh manusia biasa. Dunia Muramasa tadi adalah Unseen World, dunia yang tersembunyi, yang tidak terlihat. Untuk masuk, kita harus membuka jalan yang menghubungkan Unseen World dan Seen World” ucap Alice.

“hoo… aq mengerti…, oh ya! Knp tadi Muramasa memanggilmu dengan sebutan tuan putri?” tanyaku kembali.

“Muramasa memang selalu memanggilku seperti itu, bkn karena aq benar-benar seorang tuan putri. Aq pun lupa kapan pertama kali dia memanggilku dengan sebutan tuan putri. Perasaan ku saat pertama kali datang, dia sudah memanggilku dengan sebutan itu”jwb Alice jelas.

“begitu ya…”respon aq singkat.

Waktu terus bergulir hingga tidak terasa matahari yang tadi saat kita pergi berada d atas kita. Skrng sudah menyembunyikan dirinya… ya… hari sudah malam…
Dan akhirnya kita pun tiba di depan kediaman Alice.

“sampai juga…, kalau begitu sampai jumpa besok. Untuk sementara aq akan tinggal d kediaman Lynx sampai aq menemukan tempat tinggal baru yang cocok denganku” ucapku pada Alice.

“apa? Kau bicara apa? Kau tidak perlu pergi ke kediaman Lynx. Mulai sekarang kau akan tinggal disini. Di lantai atas terdapat ruangan kosong yang tidak terpakai”respon Alice.

“HAH?! MASA KITA HARUS TINGGAL SATU ATAP?!”jwbku kaget.

“memang kenapa? Hal kecil seperti itu tidak perlu kau perhatikan. Seharusnya kau ingat, kau adalah milikku, kau harus melindungiku, kau harus terus berada disampingku” jwbny.

Hal kecil dia bilang?...
Aq saja belum pernah tinggal satu atap dengan Nao…

“haa… ng… yasudahlah…, terserah tuan putri saja…”responku lemah

Kami pun memasuki bangunan tua yang merupakan kediaman Alice. Di dalam Alice mengantarku ke lantai atas ke ruangan kosong yang dikatakan Alice tadi. Ternyata… ruangannya memang kosong, kukira maksud ruangan kosong adalah kamar yang tidak terpakai. Namun yang kulihat benar-benar kekosongan. Tidak ada apa-apa, jika begini bagaimana aq tidur…

“maaf, aq lupa jika kamar kosong ini ternyata memang benar-benar “kosong”, jika begini keadaanya… hmm… kau tidur saja di sofa yang ada di dalam kamarku”ucap Alice.

Ngaco… sekali lagi aq harus beristirahat d kamar cwe. Aih aih…
Namun seperti inilah kehidupanku sekarang. Menjadi seseorang yang bernama Nine yang merupakan asisten seseorang yang bernama Alice, cwe ghotic yang sosoknya seperti tuan putri.
Tinggal bersamanya dalam sebuah bangunan tua yang merupakan toko barang antik yang bernama PANDORA. Mengenal sesuatu yang baru bagiku seperti dimensi-dimensi aneh yang baru pertama kali kulihat. Bertemu orang baru yang senang sekali memanggil Alice dengan sebutan tuan putrid. Ya… Disinilah awal kehidupanku yang baru… aq… menantikan hari esok…

“ayo cepat tidur, besok pagi kita akan melakukan tugas kita” perintah Alice kepadaku

“he? Kenapa harus tidur awal?... memang besok kita akan kemana lagi?” keluhku.

“sudah jangan banyak protes, tidur saja!” ucap Alice dengan nada yang sedikit ditinggikan.

“cih... iya iya yang mulia, selamat malam”ucapku.

“malam” jwb Alice.

Dengan kata terakhir dari Alice, hari ini pun telah berakhir. Dan telah menanti hari esok… hari awal bagiku… sebagai Valkyrie.

*to be continued*

Prologue End…



see you in the next chapter, The Unseens Chapter 7 (Case #1, Sacrifice [part 1])

The Unseens Chapter 4 (Approval, Explanation, Ritual , and Shocking Moment) Share

by Radheya Anggun Feldhit “AQ MENYETUJUI UNTUK MENGADAKAN KONTRAK DENGAN MU ALICE!” jwbku lantang.
“tidak perlu berteriak sekeras itu pun aq bs dengar Rein… astaga…” respon Alice smbil menatapku aneh.
“ha? Ahahaha… ya… itu sebagai ekspresiku dalam merespon tawaranmu” jwbku kmbali.
Alice menatapku dengan penuh keanehan, kemudian dia menatap Lynx smbil berkata, “benar apa yang kau bilang,Lynx. Dia memang bodoh”
“benar kan yang aq bilang…, dia memang bodoh. Waktu itu saja, pada saat pergi k supermarket kemudian dia mencoba menarik pintu supermarketnya untuk membukanya. Dia sama sekali tidak bisa membukanya, padahal jelas-jelas tertulis d pintunya *DORONG UNTUK MEMBUKA*. Jelas pintunya tidak akan terbukalah, toh dia malah menariknya, bknny mendorongnya. Bodoh kan” ucap Lynx.
Keadaan hening sebentar… lalu diikuti respon dari Alice dengan nada datar, “sangat…”.
“HEEEIII AQ TDK BODOH! IQ KU SANGAT TINGGI! ITU HANYA KARENA AQ CEROBOH SAJA!!! SELAIN ITU KENAPA KITA MALAH MEMBAHAS KECEROBOHANKU?! SHARUSNYA KITA MEMBAHAS MASALAH KONTRAK TD! DN SELAIN ITU MSH BANYAK PULA YG BLM AQ MENGERTI, ALICE!!!” teriak aq.
Alice kemudian berbicara, “itu bkn kecerobohan, namun memang kebodohan saja. Ehm… *smbil menghela napas* baiklah mengenai kontrak tadi, kau sudah bersedia mengadakan kontrak denganku kn. Akan kujelaskan beberapa hal yg belum kujelaskan padamu, selanjutnya akan kujelaskan pula mengenai kontrak yang aq maksud”.

“Aq adalah seorang BALANCER. BALANCER sendiri mempunyai arti penyeimbang, yang berarti aq mempunyai tugas dalam menyeimbangkan antara satu dimensi dengan dimensi lainnya. Maka dari itulah tadi aq sudah memberitahumu bahwa aq… tidak jauh berbeda dengan kalian para manusia, yang berarti juga aq bukanlah manusia.
Para iblis, atau monster, atau hantu, atau apapun itu sebutannya, namun aq biasa menyebutnya †D†(di) agar lebih singkat. Pada umumnya †D† tidak bisa keluar dari dimensinya sendiri. Karena seperti yang sudah aq katakan tadi. “The Holy One” hnya bisa berada d Holy Dimension (dimensi suci), “The Unholy One” hnya bisa berada d Unholy Dimension (dimensi tidak suci), dan kalian pun para manusia yang masih hidup hanya bisa berada di dimensi kalian sendiri yang berada d antara kedua dimensi tadi. Alasan kita tdk dapat berpindah dimensi adalah karena diantara kedua dimensi yang berhubungan terdapat sebuah GATE (gerbang) yang menyebabkan kita tidak akan bisa pergi k dimensi lain. Jika tidak ada GATE, akan ada kemungkinan dimensi satu dengan yang lain akan saling menyatu, dan itu bukanlah sesuatu hal yang bagus. GATE yang memisahkan dimensi manusia dgn †D† adalah Gate of Defoliation, aq menyingkatnya menjadi GoD. GATE yang memisahkan dimensi manusia dgn “The Holy One” adalah Gate of Destruction, aq menyingkatnya menjadi GoDDess.
†D† tidak bisa melewati gerbang menuju dimensi manusia lalu menghasut manusia secara langsung, atau bertindak secara langsung pada manusia. †D† hanya bisa menghasut para manusia lewat bisikan atau biasa disebut dengan WHISPERING. Walaupun †D† tidak dapat melewati GATE, namun beberapa †D† dapat melaluinya, terutama †D† yg berukuran sangat kecil. Ukuran kecil d dimensi kita tidak sama dgn dimensi mereka. Mngkn ukuran kecil di mereka adalah ukuran besar di kita. Walaupun sekecil apapun †D†, jika melewati GATE itu berarti melanggar, biasa disebut TREPASSING. Tugasku sebagai BALANCER atau penyeimbang adalah memusnahkan atau mengembalikan †D† yg melakukan TREPASSING k dimensinya. Intinya tidak boleh ada makhluk dari dimensi lain yang masuk k dimensi para manusia. Baik itu dari Holy dimension ataukah Unholy Dimension.
Kemudian… aq dapat meminta bantuan “Innocents” untuk terus d sampingku membantuku, ya… pada jaman ini bisa kau sebut sebagai asisten mngkn. Innocents adalah jiwa yang kasus matinya mirip denganmu Rein. Para Innocents mempunyai keistimewaan, yaitu keharusan untuk memilih 2 pilihan (Judgement Choice) yang seperti telah aq jelaskan tadi. Innocents tidak akan keluar dari dimensi manusia. Untuk meminta bantuan para Innocents, aq dan Innocents harus melakukan sebuah kontrak, dimana dalam kontrak tersebut Innocents harus patuh pada BALANCER yang melakukan kontrak dengannya, serta terdapat aturan-aturan yang harus dipenuhi Innocents selama kontrak berlangsung, selain itu pun selama kontrak tetap ada, jiwa maupun raga Innocent sepenuhnya menjadi milik BALANCER. Yang itu artinya Rein… kau akan menjadi milikku…
Lalu… jika kontrak sudah habis, BALANCER mempunyai keharusan untuk mengembalikan Innocent kembali menjadi manusia seperti sebelum Innocent mati. Itu artinya, kau masih bisa kembali ke kehidupanmu yang biasanya Rein, huh….” Smbl menghembuskan napas penjelasan Alice pun berhenti kemudian bertanya padaku, “kau mengerti kn?”. “aq tidak akan mengulangnya jika kau tidak mengerti” lanjutnya.

Aq menganggukan kepala tanda bahwa aq sudah mengerti kemudian aq bertanya bagaimana kita melakukan kontrak tersebut. Alice kemudian matapku, kemudian berjalan mendekatiku…, lalu dia memegang tangan kiriku. Setelah itu di men… CIUMKU?!!!. “MPA YA AU AKHUKHAN?! (apa yang kau lakukan)” teriak aq smbil kaget karena tindakan Alice yang tidak terduga. Kemudian setelah menciumku dia meletakkan jari telunjuk tangan kanannya d dada kiriku, kemudian dia menggerakkan telunjuknya seperti sedang menggambar sebuah symbol yg berbentuk lingkaran yg terdapat empat hurup aneh yang tidak kukenal pada bagian atas, kanan, bawah, dan kiri lingkaran tersebut. Setelah itu dia melepas pegangan tangannya dan bergerak menjauh dariku. Secara tiba-tiba aq merasakan diriku panas yang sangat luar biasa. Kesadaranku sedikit demi sedikit menghilang. Smbil setengah sadar aq mencoba untuk menahan beban tubuhku yg makin lama makin terasa berat yg sangat. D bwahku d tempat aq berpijak aq melihat cahaya berbentuk symbol seperti yang Alice gambarkan d dada kiriku. Dada kiriku pun terasa sakit yang sangat luar biasa. Aq menjerit menahan segala rasa sakit yang aq rasakan, aq tidak bisa menahannya…, rasa sakit yang sangat luar biasa…. Aku pun kehilangan kesadaranku dan terjatuh d lantai beralaskan karpet lembut berwarna merah yang menutupi lantai kayu yang berwarna coklat muda yang mengkilat itu.

Aq merasa seperti mati setelah mati…
Namun apakah itu mungkin...
Apakah kali ini aq benar-benar mati…
Tidak akan bangun kembali?...
Tubuhku terasa hampa…
Pikiranku serasa melayang…
Ingatanku buyar…

Aq… sedikit demi sedikit mencoba membuka mataku yang terasa sangat berat seakan-akan mataku diganjal oleh sesuatu seperti pemberat. Namun kutetap berusaha membuka mataku.
Mata ku pun terbuka, namun penglihatanku terasa buram, kesadaranku terasa msh goyah…
Aq melihat sebuah lampu antik tergantung d atap yang berhiaskan permata-permata seperti lampu jaman-jaman dahulu yang dimiliki para aristocrat d rumahnya.
Aq mencoba melirik sekitarku mencari tahu keberadaanku saat ini. Lalu kudapati aq tengah berbaring d atas kasur dengan bahan yang sangat lembut dan halus. Kemudian tiba-tiba suara seorang gadis terdengar, “kau sudah bangun?”. Ku lirik sumber suara tadi yang sepertinya berasal dari sebelah kanan aq. Aq melihat seorang gadis berambut pirang dengan baju ghotic lollitanya sedang duduk d sebuah kursi dengan satu kaki ditumpukan d atas kaki satunya lagi, dan tangan kanannya sedang memegang buku, kemudian tangan kirinya membalikkan halaman-halaman buku tersebut dengan lemah gemulainya. Ternyata gadis itu adalah Alice. Dia sedang membaca buku.

“Uugghh… kepalaku pusing… a… apa yang sebenarnya terjadi…?” tanyaku sambil mencoba membangunkan posisi badanku menjadi bersenderan.

“kau kehilangan kesadaranmu saat kita melakukan kontrak” jwb Alice smbl tengah terus membalikkan halaman-halaman buku yang dibacanya dengan lemah gemulainya.

“kontrak?”…
Aq termenung beberapa saat mencoba mengingat kembali yang telah terjadi…

“AAAHHH!!! AQ INGAT!!! KAU… KAU MENCIUMKU!!! APA MAKSUDMU KAU MELAKUKAN ITU?! Dasar… dasar… CWE GHOTIC ECHI(pervert)!!!” teriakku sambil menunjuk-nunjuk ke arah Alice.

Alis matanya mengkerut sambil berkata, “Echi?! Sungguh tidak sopan, jika itu bkn bagian dari tata cara kontraknya, aq pun tidak sudi untuk menciummu”.

“apa?!... dasar… uuurrghhh! Jgn-jgn tubuhku juga sudah kau gerayangi ya…” ucapku dengan rasa kesal yang ditahan. Kontrak macam apa yg tata caranya ada bagian kissu kissu ny segala?!, bahkan kontrak kerja pun tidak ada bagian kissu kissu ny segala, kontrak rumah juga, apartement jg. Dasar…. Sungguh sial… “First Kiss”ku telah direbut oleh gadis yang baru saja ku temui…, Nao saja blm pernah menciumku di bibir secara langsung.

“enak saja, tak sudi ku gerayangi tubuhmu. Memangnya kau saja yang kehilangan “First Kiss”mu? Aq pun sama, tadi adalah “First Kiss” ku, tadi adalah kontrak pertama yang pernah aq lakukan” Alice mnjwab dengan sedikit malu.

He? Ternyata dia jg…
Ekspresinya tadi saat menunjukan sedikit ekspresi malunya sungguh manis, benar-benar berbeda dengan yang biasanya yang selalu tampak dingin.
Tp… SIAL, pikiranku berhasil terbaca kembali olehnya!... aq harus bs menjaga pikiranku ini…

Aq pun beranjak dari tempat tidur yang terselimuti oleh coverbed bercorak merah hitam dengan garis emas untuk pergi menuju kamar mandi untuk membasuh mukaku.

“kau mau kmn?” Tanya Alice.

“ke kamar mandi! Knp? Mo ikut?”jwbku dengan nada yg sedikit sinis.

“tidak terima kasih”jwb Alice dgn nada datar.

Aq pun berjalan menuju kamar mandi yang berada di kamar tidur tersebut. Kemudian aku pun membasuh mukaku dengan air yang keluar dari wastafel yang terukir indah dengan kaca di atasnya agar aku merasa segar dan kesadaranku bisa kembali sepenuhnya.
Namun… saat ku melihat sosok bayangan diriku yang ada di kaca, aq…
Wh*# the $#&*?!!!






“HUUUWWWWWAAAA!!! A… A… AAAPAAA IINIIIII?!!! APAAAA YANG TELAH TERJADI DENGAN DIRIKU?!!!
AAALLIIIIICEEEE!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

*to be continued*

(Nah loh npa lg ma ni anak? seneng bgt tereak-tereak d akhir chapter. Obsesinya menjadi penyanyi dangdut kali y, salah! mksdnya menjadi penyanyi rocker. See you in The Unseens Chapter 5 (Nine, the Reborn)

The Unseens chapter 3 (Contract)

by Radheya Anggun Feldhit "aq sudah menunggumu, terima kasih bnyk Rein atas pujianny, akan tetapi aq ini bkn sebuah boneka...". Gadis itu bs membca pkiranku, dmn keadaan ku sndri skrng telah mati!

"ka... kau bs membca pkiranku?!" tanyaku kpadany. Gadis itu menjawb dengan sedikit senyuman "tidak Rein, sungguh aq ini tidak jauh brbeda dgn kalian para manusia. Aq hanya membca ekspresi wajahmu". Bicara apa dia, bknkah dia sendiri manusia.
"kalian cepat akrab y…" ucap Lynx memotong pmbicraan kami. "Ara... sudah lama tdk brtemu y Lynx, kau tdk bnyk brubah, tetap mirip dgnny" sapa gadis itu. Dgnny? apa mksd gadis itu? aq sama sekali tdk mengerti. Namun sepertinya gadis tersebut dan Lynx sudah saling mengenal cukup lama. Lalu dgn nada agak meninggi Lynx merespon omongan gadis itu"jgn membicrakanny…", "kau pun, tdk bnyk brubah y, msh sja pendek. Tdk mencoba obat penambah tinggi bdan?ckckck" lanjutny smbil tertawa kecil. "yaaa... mngkn aq hrus mencobany, kau sendiri? sudah mencoba memakai pelindung kepala? Kau tahu? Rambutmu itu bs melukai seseorang jika tdk memakai pelindung" jwb gadis itu. "INI KEREN TAU! INI FASHION! RAMBUT SEPERTI INI SDNG TREND!!!" jwb Lynx dgn sdkit triak. Yaaa... maklum model rambut Lynx memang seperti nanas, slah satu rambut trend d jpg, harajuku, yg modelny d sengaja tegak k atas dengan memakai hairspray.

"yasudahlah, selain itu ada yg lbih penting skrng ini, mengenai shabatku..." ucap Lynx smbil menghembuskan napas. Gadis itu mnjwb "aq tau..., ikut aq". Kami pun d ajak masuk menuju ruangan dmn d dlm ruangan tersebut trdpt hiasan2 antik, serta sebuah meja kerja kuno yg antik beserta kursiny. Gadis td pun berdiri di dekat kursi tersebut sambil berbicara “Aq belum memperkenalkan diriku padamu kn Rein? Perkenalkan namaku Alice, aq bukanlah manusia biasa seperti kalian pada umumnya. Aq adalah seorang BALANCER”. Apa? Lagi-lagi kata-katanya telah membuatku kebingungan. “Kita akan mengobrol sebentar. Aq pun akan menjelaskan sesuatu sehingga rasa bingungmu itu hilang Rein” lanjut Alice dengan sedikit senyuman. Lagi-lagi… dia membaca pikiranku. Kemudian Alice duduk di kursi antik yg mempunyai ukiran indah yang ada d sebelahnya itu dengan satu kaki ditumpukan pada kaki satunya lagi layaknya seorang bos. Lalu d dlm ruangan itu pembicaran kami pun dimulai…

Di dunia ini terdapat tiga lapisan, atau tiga bagian, atau tiga dimensi, terserah kalian para manusia ingin menyebut hal tersebut dengan kata-kata apapun. Yang pasti di dunia ini ada tiga ruangan atau dimensi yang membedakan. Yang pertama adalah dimensi dimana hanya yang suci yang bisa berada d dimensi tersebut, hanya “The Holy One” yang bisa berada di sana. Yang kedua adalah dimensi dimana para iblis, atau monster, atau apapun yang kalian pikir mengerikan, yang bahkan kalian buat filmnya, ya… monster atau iblis atau apapun berada. Hanya “The Unholy One” yang ada di dimensi ini. Dan… yang terakhir… adalah dimensi yang kalian para manusia tinggali. Dimensi yang sedang kita pijaki saat ini… berada di antara dua dimensi tadi. Sehingga pada akhirnya jika manusia mati, jiwanya yang tidak suci dan yang suci akan berada di dimensinya masing-masing. “Apakah sejauh ini kau mengerti Rein?” Tanya Alice kepadaku.
Aq… hanya bisa terdiam membisu mendengar penjelasan Alice tadi…
Namun jika memang itu kenyataannya, berarti ada satu hal yang ingin aq pastikan. Aq pun menjawab, “Aq mengerti…, jadi maksudmu aq akan masuk ke salah satu dari dua dimensi yang menghimpit dimensi yang kita tinggali sekarang ini kn”. “Kalau begitu aq ingin tahu apakah aq termasuk “The Holy One” ataukah “The Unholy One”?” tanyaku padanya.
“ Ckckck… tidak tidak … dalam kasusmu ini sedikit berbeda Rein, kasusmu ini spesial” jawab Alice.
“maksudmu?” tanyaku kembali.
Alice berdiri dari kursinya kemudian sedikit membungkuk ke arahku dan tangannya menahan beban tubuhnya dengan menyentuh meja antic yang ada di depannya. Kemudian dia pun menjawab, “Kau spesial Rein…, yang bisa memasuki dimensi Holy dan dimensi Unholy hanya penghuni aslinya dan para manusia yang memang ditakdirkan sudah saatnya mati. Namun kau… Kau berbeda, blm saatnya bagi kau untuk mati”.
“HA?! Omong kosong! Jiwaku berada di sini sekarang merupakan bukti bahwa aq telah mati, bukti bahwa memang sudah saatnya aq untuk mati!” jawabku dengan nada sedikit ditinggikan.
Kemudian Alice menjawab kembali, “aq sudah mendengar semuanya dari Lynx, sahabatmu. Kau kehilangan nyawamu demi menyelamatkan seorang anak kecil”.
“ya , lalu? Memang knp? Bknkah itu membuktikan bahwa memang sudah saatnya bagiku untuk mati?” tanyaku kembali.
“tidak, pada saat itu, seharusnya anak kecil itulah yang memang sudah saatnya untuk mati. Bkn kau…, karena itulah pada saat itu, pada saat sblm kau mau menolongnya. Aq yakin tubuhmu tidak bisa kau gerakkan kn, walaupun sesaat. Itu karena tubuhmu memang tidak seharusnya bergerak untuk menolong anak kecil itu. Seharusnya kau masih hidup dan anak kecil itu lah yang mati saat ini.” Ucap Alice.
Aq yang mendengar hal itu benar-benar tidak percaya… “Jika pada saat itu tubuhku tidak seharusnya bergerak, lalu knp pada saat itu tubuhku malah bisa aq paksa bergerak?!KNP?!” Tanya aq dengan nada sedikit emosi.
Kemudian dengan santainya dan disertai senyuman yang tipis serta tangannya yg di angkat ke arahku yang kemudian jari telunjuknya menyentuh pipiku dengan lembutnya. Aneh… padahal aq telah mati, namun dapat merasakan kelembutan sentuhan jari Alice. Alice pun menjawab, “makanya aq sudah bilang berkali-kali kan…, itu karena kau special Rein…”.
Aq… hanya bisa terdiam membisu kembali, tidak bisa balik melawan kata-katanya lg.

“Skrng… ada dua pilihan yang bisa kau pilih Rein. Yang pertama adalah kau bisa mendapatkan kesempatan kedua menjalani hari-harimu seperti biasanya. Menjadi seorang siswa dari salah satu sekolah terkemuka yang ada di Jepang ini. Yaa… kembali menjadi dirimu seperti biasanya…” Alice berkata.
“Apakah itu mungkin…” Tanya aq kepadany.
“Tentu saja, HANYA SAJA… kehidupanmu kembali tentu saja akan ditukar dengan kematian anak yang telah kau selamatkan. Dan… bagaimanapun juga itulah yang seharusnya terjadi, kau tetap hidup, dan anak itu mati. Begitu kn seharusnya…” jwab Alice.
“TIDAK!” jwb aq tegas.
“aq tidak akan menukar nyawa anak itu untuk mendapatkan kehidupanku kembali, anak itu berhak hidup! Aq… tidak mau melakukannya… aq… telah menerima keadaanku saat ini, keadaanku yang telah mati” Lanjut aq.
Kemudian Lynx yg semenjak tadi terdiam sambil menyilangkan tangannya di dadanya berbicara memotong pembicaraanku dan Alice, “aq bisa menduga apa yang dikatakan oleh Rein. Dia menolaknya kan?”
“ya” respon Alice
“kalau begitu mau tidak mau Rein harus mengambil pilihan ke dua kn” lanjut Lynx berbicara.
“aq pikir begitu” jwb Alice smbl tersenyum halus.
A… apa? Aq mau tidak mau harus mengambil pilihan kedua?
Untuk mengetahuinya lebih jelas aku pun berbicara, “Jika begitu keadaannya…, jelaskan padaku terlebih dahulu mengenai pilihan ke-dua tersebut”.

Alice pun berkata, “pilihan ke-dua adalah… kau harus mengadakan KONTRAK denganku”
Kontrak? Kontrak apa? Tidak mungkin dia membicarakan tentang kontrakan rumah atau semacamnya. Pembicaraan ini semakin rumit saja…
“apakah KONTRAK ini ada sangkut pautnya jg dengan anak kecil yg aq selamatkan?” Tanya aq.
“tidak, KONTRAK ini hanya antara kau, dan aq…” jwb Alice.
Jika kontrak yang dimaksud Alice tidak ada sangkut pautnya dgn anak kecil yang aq selamatkan atau orang lain terkecuali hanya aq dan Alice, maka hal itu tidaklah menjadi masalah bagiku.
Baiklah akan aq terima kontrakmu.


“AQ MENYETUJUI UNTUK MENGADAKAN KONTRAK DENGAN MU ALICE!”


*to be continued*

THE UNSEEN CHAPTER 2

by Radheya Anggun Feldhit Aq ingat semua...
Aq mengerti...
aq mengerti knp td Nao tdk memakai seragamny,knp td para murid tdk datang k sekolah,itu karena hari ini bknlah hari sabtu,mlainkan hari minggu.
Aq pun mengerti knp td Nao memakai bju srba hitam,knp td bnyk bunga berjejeran d pinggiran jalan dkat sekolahku
itu semua cukup menjelaskan bahwa aq sbnrny sudah mati,ya... demi menyelamatkan seorang anak kecil,aq telah kehilangan nyawaku...

aq...
tidak bs berkata apa2...
Nao tetap berdiri d samping makamku dgn air matany yg terus mengalir,
Aq ingin sekali memberitahuny bahwa aq ada d dekatny,namun hal itu tidak mungkin. Aq sudah berada d dunia yg berbeda denganny
Aq hanya bs memeluk Nao dr blkng,walaupun aq tau dia tdk akan menyadariny. Aq terus mendekapny dgn erat,ingin sekali ku mengatakan "Aq benar2 mencintaimu Nao"
Air mataku mengalir...
Nao yg trus terdiam,tiba2 brkata "terima kasih,aq mencintaimu Rein..."
aq... bnar2 senang mendengarny...
terima kasih Nao
Aq pun pergi meninggalkanny...

Aq berjalan tanpa arah smbil memikirkan sesuatu. Jika aq memang sudah mati,knp aq tetap brada d dunia ini? Apakah mngkn aq telah menjadi roh gentayangan? Aih aih... knp hal ini bs terjadi padaku...
Satu - satuny yg trpikirkan olehku hanyalah pergi menemui sahabatku Lynx,krn dia sangat menyukai hal - hal yg berbau mistis,dia pun pernah mengaku padaku bahwa dia mempunyai indra ke-enam. Sahabatku ini memang sangat konyol,tp dia benar2 seorang sahabat yg slalu bs kuandalkan. Yg kuharapkn saat ini hanyalah semoga saja dia memang mempunyai indra ke-enam. Sehingga dia bs merasakan kehadiranku.

Kakiku trus melangkah hingga aq pun tiba d sbuah bangunan bergaya eropa dgn dinding brwrna merah serta pepohonan yg tumbuh d sekitar bangunan tersebut.Ya, bangunan itu adalah tempat tinggal sahabatku,Lynx.

Saat aq akan membuka pintu pagar rumah tersebut. D saat yg brsamaan, Lynx terlihat keluar dr rmhny. Ini kesempatan, semoga saja dia bs merasakan kberadaanku. Namun… trnyata… dia tdk menyadari keberadaanku. Dia melewatiku begitu saja. Aq... benar2 bingung, aq tdk tahu hrus berbuat apalagi, aq tdk tahu hrus meminta tolong kpd siapa lg, aq tdk mempunyai kenalan smcam paranormal. D tengah keputus-asaanku, tiba-tiba Lynx brbicra "kau mau trus diam dstu atau kau mau ikut aq?". Aq terdiam seketika setelah mendengar Lynx berbicara sperti itu seakan tidak percya. Dgn perasaan yg sngat gmbira aq pun mnjwb "Kau bs melihatku?! kau pun bs mendengarku?!". Kemudian tiba2 Lynx brbicra kmbali, "oh y, aq tdk bs melihatmu,begitu pun jg dgn mendngarmu brbicra, aq hnya bs merasakan keberadaanmu saja. Karena itulah, utk saat kau ikuti saja kata-kata ku, itu pun jika kau mau". Kmudian Lynx pun melanjutkn langkahny yg td terhenti. Aq pun mengikutiny pergi.
Di tengah perjalanan smbil terus berjalan Lynx berbicara kepadaku, “hei bodoh…, aq benar2 tidak percaya kau mati begitu cepat… Karena demi menyelamatkan anak kecil itu, kau kehilangan nyawamu. Benar2 bodoh… dasar bodoh… Apa kau tahu? Karena tindakan yang sok pahlawanmu itu, kau telah membuat banyak orang bersedih. Ayahmu… ibumu… Nao… serta teman2 lainnya jg. DASAR BODOH! …”. Apa yang…
dia ini… bahkan setelah aku mati pun dia tetap memanggilku bodoh DASAR BODOH!!! Apaan sih nih anak. Ingin sekali aq jitak kali y… NIH AQ JITAK JITAK JITAK!!! *smbil mencoba memukul-mukul kepala Lynx*
Namun… seperti yang terjadi d pemakaman tadi, yang kulakukan tidak bereaksi apapun terhadapnya. Itu karena aq dan Lynx sudah beda dunia… Ya… seharusnya aq tidak ada di dunia ini…
Tiba-tiba Lynx berbicara kembali, “tapi yang kau lakukan itu merupakan suatu hal yang patut dibanggakan Rein, sungguh… aq tidak bercanda dengan kata-kataku ini. Aq pun tidak biasa memuji orang, karena itu… percayalah… Aq bangga dengan yang kau lakukan Rein. Aq bangga mempunyai sahabat seperti mu Rein. Maka dari itu, sebisa mungkin akan menolongmu!”
Aq hanya bias terdiam mendengar kata-kata Lynx tadi. Aih – aih… sejak kapan sahabatku yang konyol namun selalu bertingkah kuat dan jantan ini menjadi lemah seperti ini. Aih… tidak kusangka Lynx pun mempunyai sisi seperti ini. Aq senang… benar- benar senang… terima kasih Lynx…

Langkah demi langkah kami lalui, hingga pada akhirny kami pun tiba d sebuah toko dengan dinding batu berwana abu-abu gelap yang bernama "PANDORA" yang tampak seperti toko brang antik. Kami berdua memasuki toko tersebut. Saat berada d dlm, seorang gadis tengah berdiri d hadapan pintu masuk. Seakan-akan gadis itu telah menduga kedatangan kami. Ya, seorang gadis dengan ekspresi dingin yg brpakaian model ghotic lollita dengan rok diatas lutut, lalu rambut pirang yang dihiasi headdress dan minihat di atasnya, kulit putihny yg seperti boneka, serta pupilny yg berwarna merah seperti batu ruby, tidak lupa di lehernya pun dihiasi choker dan di pergelangan tangannya dihiasi handress nan imut, serta tinggi bdanny yg tdk melebihi tinggi bdanku. Sosokny benar2 menyerupai sebuah boneka yg sangat imut nan cantik. Apakah dia berasal dari luar negeri seperti eropa dan semacamnyakah? Karena di Jepang ini sangatlah jarang gadis seperti dia. D saat aq sedang terkhayal dengan sosokny itu, kmudian scra tiba2 gadis itu berbicra smbil tersenyum namun ttap tmpak dingin "aq sudah menunggumu, terima kasih bnyk Rein atas pujianny, akan tetapi aq ini bkn sebuah boneka Rein". Aq seketika terkejut mendngrny.
Dia bs membca pkiranku, dmn keadaanku sndri skrng sudah mati. Apakah itu artiny gadis itu bs melihatku? Apakah itu artiny gadis itu jg bs mendengar dan merasakanku jg?
Siapa gadis ini sbenarny...

THE UNSEEN CHAPTER 1

by Radheya Anggun Feldhit *kriririririring...*
suara berisik itu membangunkanku dari tidurku yang lelap. ya... suara dari sebuah jam alarm yang telah ku-set alarmnya pada jam 5 pagi yang diberikan kepadaku sebagai hadiah ulang tahun ku tahun kmrn oleh kekasihku. Aq pun beranjak dari tempat tidur ku menuju kamar mandi untuk mandi. Sesudahnya aq pun bercermin terlebih dahulu untuk merapikan rambutku yang berwarna coklat kemerahan yang panjang bagian depannya hampir menutupi mata. Warna rambutku ini aq dapatkan dari ibuku yang merupakan keturunan orang prancis. Namun wajahku lebih mirip dengan ayahku yang keturunan asli jepang. Setelah itu aku pun turun menuju lantai 1 dari kamar mandiku yg berada di dalam kamar tidurku yang berada d lantai 2 d rumahku.

Di rumah yang terletak di sebuah kota yang bernama Tokyo ini aq tinggal bersama ayah dan ibu. Saat aq berada d lantai 1 dan menuju dapur aku melihat ibuku sudah bangun lebih awal di bandingkan aq. Dia sedang menyiapkan makanan untuk sarapan. Aq melihat masakan nasi goreng buatan ibuku berada d atas piring. Namun d atas meja makan tersebut hanya ada dua buah piring. yahh... mungkin ibu sudah tau aq tdk akan ikut sarapan d rumah karena aq akan pergi awal menuju sekolahku dikarenakan suatu urusan. Karena itulah piring d atas meja hanya ada dua buah .

Aq bergegas pergi dari rumahku yang terletak di jalan menuju sekolah dengan berjalan kaki. Jalanan masih sunyi, terasa embun pagi masih ada d sekitarku, orang2 masih jarang berlalu-lalang. Kicau burung pun blm terdengar suarany. tiga perempatan sudah kulalui dan aq pun sampai d dpn sebuah bangunan yg tidak begitu tua dgn renovasi di sana sini yang tidak lain merupakan tempatku menimba ilmu. Walaupun bangunannya tampak sedikit tua, namun sekolahku merupakan salah satu dari sekolah-sekolah ternama yang ada d Jepang ini. D dpn gerbang yang terbuat dari besi yang di cat warna hitam seorang gadis terdiam berdiri menunggu seseorang, ya... gadis itu adalah kekasihku yg bernama Nao Princess Lieheart. Namanya belakangnya begitu unik, namun sebenarnya dia adalah asli keturunan jepang. Orang tuanya cerai, dan Nao ikut bersama ibunya yang dimana ibunya kemudian menikah lagi dengan orang keturunan amerika, sehingga nama belakang Nao berubah menjadi sedikit unik apabila disatukan dengan nama depan jepangnya. Kami sudah menjalani hubungan kekasih selama 8 bulan lebih

Kmrn kami berjanji untuk bertemu d dpn gerbang sebelum masuk sekolah pada hari terakhir sekolah dalam 1 minggunya, yaitu d hari sabtu. Karena hari ini adalah pas 9 bulan lamanya hubungan kami. Nao pun menyampaikan bahwa ada sesuatu yang ingin dia berikan kpdaku hari ini. Saat melihatnya aq keheranan karena dia tidak memakai seragam sekolahnya, melainkan memakai baju serba hitam. Apakah mungkin dia tidak akan masuk sekolah dikarenakan suatu hal? dan... d pinggir jalanan itu berjejeran bunga2 seakan2 mengenang seseorang yg meninggal d situ. Aq mencoba memanggilnya, namun dia tidak membalas. Aq pun bergegas pergi mendekatinya. Namun, aq melihat air mata mengalir dari air matanya. Lalu dia meninggalkan sesuatu d pinggiran jalan dekat gerbang sekolah tersebut smbil pergi meninggalkanku Aq benar2 keheranan atas tingkah laku Nao tadi. Lalu aq pun memungut sesuatu yang d tinggalkan Nao tadi. Sesuatu itu ternyata sebuah kado kecil yang terikat pita merah yg berbentuk hati. Aq pun membuka kado tersebut dan d dalamnya terdapat sebuah gantungan HP berbentuk kucing dan sebuah pesan yang bertuliskan "Selamat 9 bulanan". Nao... dia sungguh perhatian, namun aq masih tetap keheranan karenanya tadi.

Waktu sudah menunjukan jam 7 lebih 15 menit. Seharusnya jam segini para murid sudah terlihat memasuki sekolah, malah seharusnya pembelajaran sudah di mulai daritadi. Namun, aq tdk melihat 1 murid pun yang datang k sekolah. Bahkan d sekolah tidak ada satu pun staff ato guru2 yang bertugas. Ada apa sebenarnya...

Aq pun bergegas pergi menuju rumah sahabatku yang bernama Lynx Raincloud untuk mencari tahu. Ada apa sebenarnya dengan hari ini. Tingkah Nao yang aneh, serta bunga2 yang berjejeran d pinggiran jalan tadi. Dalam perjalanan menuju rumah Lynx aku melewati tempat pemakaman.
Di sana aq melihat Nao sedang berdiri d samping makam seseorang. Aq yang khawatir karena tingkah Nao tadi segera mendekatinya. Saat berada d dekatnya secara tidak sengaja aku melihat nama yang tertulis di batu nisan pada makam tersebut. Pada batu nisan tersebut tertulis sebuah nama seseorang, "Rein van delavierre". Apa yg...

Sekejap aq merasa waktu terhenti, aq benar2 kaget. Knp namaku bs ada d batu nisan tersebut?!...
aq... APA YG SEBENARNY TERJADI?!...
tiba2 Nao berbicara smbl mencoba menahan air matanya yg daritd terus mengalir,
"Rein... maaf... gara2 aq... kita... tidak dapat merayakan 9 bulanan hubungan kita...
aq... maaf... jika saja kmrn aq datang lebih awal... mngkn skrng... aq msh bs berbicara denganmu... ya... mngkn di hari minggu ini kita bs berjalan2 k taman... aq... sabtu kmrn... aq tdk ingin hari sabtu kmrn terjadi!!!... aq ingin kau tetap berada d sampingku saat ini Rein...
namun... itu sudah tdk mngkn kn Rein... aq... benar2 minta maaf...
tp aq punya 1 kabar baik untukmu Rein, anak kecil yang kau selamatkan kemarin slamat dan skrng sedang d rawat d sebuah rumah sakit... dgn begitu kau akan lega kn..."

Aq... setelah mendengar omongan Nao tadi.
aq... baru ingat...
skrng bknlh hari sabtu, melainkan hari minggu
seharusnya kmrn kita bertemu d dpn gerbang sekolah
saat itu aq datang lebih awal d banding Nao. Aq menunggunya...
saat menunggunya di depanku seorang anak kecil tengah mencoba menyebrang jalanan raya yang ada d dpn sekolahku. D saat yang bersamaan sebuah mobil datang dari arah kiri dengan kencangnya.Waktu seakan-akan bergerak lambat. Aq yang melihat hal itu, pada sat itu sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhku sedikit pun. Namun aq memaksakan tubuhku untuk bergerak, kemudian dengan spontan dan seketikanya berlari lalu meloncat lalu mendorong anak kecil tadi hingga jatuh k pinggiran jalan. Aq pun tergeletak d tengah jalan karenanya. Mobil td pun datang dan menabrakku dgn kerasnya...

aq... ingat semua... aq ingat...
ternyata...
skrng aq telah menjadi seseorang yang tdk terlihat (unseen)...
aq telah... ma...

*to be continued*